Quantcast
Channel: BBI
Viewing all 104 articles
Browse latest View live

The Sealed Letter

0
0

The_Sealed_Letter_FCJudul: The Sealed Letter

Penulis: Emma Donoghue

Penerbit: Picador (2011)

Pages: 398p

Beli di: The Book Depository ($7,46)

Kisah ini bersetting di tahun 1864, saat perceraian di Inggris masih merupakan sesuatu yang tabu, dan persidangannya menjadi skandal hebat yang juga diikuti oleh publik. Emily Faithfull yang biasa dipanggil Fido, tidak pernah menyangka akan terlibat dalam salah satu skandal terbesar tahun itu.

Semuanya berawal ketika ia tak sengaja bertemu dengan kawan lamanya, Helen Codrington yang sudah hilang kontak bertahun-tahun. Dulu Helen adalah sahabat Fido yang paling dekat, namun sejak pindah ke Malta mengikuti suaminya bertugas, Helen seolah menghilang. Kemunculan Helen yang tiba-tiba membuat hidup Fido yang serba teratur menjadi kacau. Fido yang kini aktif dalam gerakan feminis dan bahkan memiliki perusahaan percetakan sendiri (suatu hal yang masih sangat jarang dilakukan perempuan saat itu), mendadak terlibat di tengah-tengah affair Helen dengan seorang tentara muda.

Meski tidak menyetujui kelakuan Helen, Fido terjebak dalam pesona temannya itu, sehingga bersedia menjadi kaki tangan dalam melakukan pertemuan diam-diam dengan Anderson sang perwira muda. Sementara itu Harry, suami Helen mulai mencium kelakuan istrinya, dan dikompori oleh Mrs. Watson, istri pendeta yang tidak suka pada Helen, Harry akhirnya mengajukan gugatan cerai.

Persidangan pun tak terhindarkan, dihiasi fakta menghebohkan tentang affair-affair Helen sebelumnya, dan bahkan hubungannya dengan Fido yang memancing tanda tanya. Adanya bukti surat yang disimpan Harry tentang hubungan Helen dan Fido juga membuat motif Fido membantu Helen kerap dipertanyakan.

Yang sangat menarik dari buku ini menurutku adalah mengamati sikap Fido yang tak berdaya di hadapan Helen. Rasa cintanya yang berlebihan pada Helen, serta sikapnya yang penuh kemesraan memberikan hint tentang bagaimana sebenarnya hubungan kedua perempuan tersebut di masa lalu, meski tidak diungkapkan secara gamblang hingga halaman terakhir. Hubungan cinta sesama jenis memang merupakan hal yang tabu di era Victoria, ditambah lagi banyak pandangan miring dari masyarakat kepada para feminis yang tidak menikah seperti Fido. Tidak seperti beberapa temannya yang akhirnya menikah, Fido tetap mempertahankan status lajangnya, dan akhirnya memiliki beberapa partner perempuan seumur hidupnya.

Emma Donoghue mengangkat topik yang sama sekali berbeda dari novel pertamanya yang sensasional, Room. Terinspirasi dari kisah nyata yang betul-betul terjadi tahun 1864, Sealed Letter membawa kita jauh kembali ke era Victoria, dimana posisi wanita masih jauh di bawah pria, terutama di mata hukum. Hampir semua perceraian berakhir dengan kerugian di pihak wanita, termasuk tidak mendapat hak asuh anak. Hal ini, ditambah gerakan feminis dan tabunya hubungan sesama jenis, diangkat dengan jeli oleh Emma Donoghue.

Lupakan alur cepat meledak-ledak seperti dalam Room, karena Sealed Letter memiliki alur yang lambat, penuh detail dengan sudut pandang bergantian antara Helen, Fido dan Harry. Bersiaplah merasa kesal sekaligus bersimpati pada ketiganya, karena mereka digambarkan sangat manusiawi, setiap orang punya kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri, dan hingga halaman terakhir, kita akan terus bertanya siapakah antagonis sesungguhnya?

Kisah nyata selengkapnya tentang proses perceraian Harry dan Helen Codrington dapat dilihat di sini.

Postingan ini dibuat dalam rangka posting bersama BBI dengan tema LGBT books.



Have a Little Faith

0
0

HaveALittleFinalJudul: Have a Little Faith

Penulis: Mitch Albom

Penerbit: Hyperion (2009)

Pages: 249p

Gift from @rayosouisa =)

Anniversary gift from my guy two years ago and I just read it now? Ter-la-lu =D

Sometimes I almost forgot why I love Mitch Albom’s works in the first place. Aku jatuh cinta pada Tuesdays with Morrie (yang belum pernah direview di blog ini!) dan menobatkannya sebagai salah satu buku terbaik sepanjang masa. Albom langsung masuk ke dalam list penulis yang buku-bukunya wajib kubeli dan kukoleksi, kalau bisa edisi bahasa Inggrisnya sekalian.

Namun beberapa buku terakhir aku merasa sedikit stagnan, tidak ada yang terlalu istimewa, warna ceritanya selalu mirip. Dan meski dihiasi kalimat-kalimat indah yang menjadi ciri khasnya, beberapa cerita tidak meninggalkan kesan sekuat yang kuharapkan, termasuk The Time Keeper, buku terakhirnya yang mengangkat tema waktu.

Karenanya aku tidak berharap banyak saat membuka Have a Little Faith, buku nonfiksi Albom yang pertama setelah Morrie. But just like people said, when you expect the least- you’ll get more than what you expected, that’s exactly what happened with me after I read this book.

Buku ini bercerita tentang pencarian Albom terhadap makna iman dan Tuhan, melalui dua sosok yang sangat berbeda namun sama-sama merupakan hamba Tuhan. Albom dibesarkan dalam lingkungan keluarga Yahudi, meski semakin dewasa (dan menjadi sukses seperti sekarang), pandangannya terhadap agama makin meluntur. Di sinagoga lingkungan tempatnya tinggal dulu, ada seorang rabi yang sangat berpengaruh dan dicintai, biasa dipanggil Reb. Meski tidak terlalu dekat dengan Reb yang selalu membuatnya segan (terutama setelah Albom menikah dengan perempuan non-Yahudi), suatu hari Albom dikejutkan dengan permintaan Reb. Reb ingin agar Albom-lah yang menulis dan membacakan euloginya saat ia meninggal.

Permintaan ini akhirnya membuat Albom dan Reb menjadi begitu dekat, dan Albom berusaha mencari tahu siapa sesungguhnya Reb yang sosoknya begitu dihormati semua orang. Lewat hubungan ini, Albom belajar banyak tentang arti agamanya, arti iman dan kepercayaan pada Tuhan, dan hal-hal yang berharga dalam hidup. Pandangan Reb sangat manusiawi namun tidak meninggalkan ke-Tuhanannya. Baginya, hubungan dengan sesama (regardless the religions) sama pentingnya dengan hubungan vertikal dengan Tuhan.

Saat yang bersamaan, Albom seolah ditantang untuk mempraktekkan apa yang sdh ia dapatkan dari Reb dalam hidup nyata, ketika ia bertemu dengan Henry Covington, pendeta kulit hitam di sebuah gereja miskin di Detroit, tempat tinggalnya sekarang. Dengan masa lalu suram, pendeta ini mengajarkan Albom tentang kesempatan kedua, dan bahwa Tuhan sebenarnya sama – menginginkan umatNya saling menolong- regardless your religion.

Have a Little Faith mengingatkanku kembali mengapa aku jatuh cinta pada karya Mitch Albom. Tema yang sangat dalam ini- hubungan vertikal dengan Tuhan dan horisontal dengan sesama- ditulis Albom dengan ringan, mengalir dan penuh kata-kata indah. Dan karena tokoh-tokohnya adalah para hamba Tuhan, kesan preachy yang terdapat di beberapa buku Albom sebelumnya malah terasa sangat pas di sini. Apalagi para hamba Tuhan ini digambarkan sangat lovable, very human, dan jauh dari kesan “sok suci”.

Menurutku kekuatan Albom adalah menulis memoar dan nonfiksi sejenis ini, dan karyanya membuat pembaca benar-benar ingin bertemu dengan orang-orang yang ada dalam buku-bukunya. I hope he would write more memoirs like this in the future, instead of writing too many fables and fairy tales-alike.

“In the beginning, there was a question. In the end, the question gets answered. God sings, we hum along, and there are many melodies, but it’s all one song- one same, wonderful, human song. I am in love with hope” (p 249)

 


Hotter Potter January Meme

0
0

hotter-potter-logo-1

Tahun 2013 tampaknya akan semakin menyenangkan karena ada event Hotter Potter yang dihost oleh Melisa. Selain read a long buku-buku Harry Potter, setiap bulannya juga ada meme yang serba seru, dengan hadiah yang nggak kalah seru (Books to Share juga akan jadi sponsor di salah satu meme lho!).

Untuk bulan Januari ini, pertanyaannya adalah:

“Jika kamu menjadi salah satu guru di Hogwarts, kamu ingin menjadi siapa? Alasannya?”

Ihhhh susah deh pertanyaannya. Bukan karena nggak ada guru yang menarik, tapi justru karena semua guru memiliki keunikan masing-masing yang sama-sama menarik. Akhirnya, setelah menimbang dan merenung, aku memilih guru paling favoritku sepanjang sejarah Hogwarts:

Profesor Remus Lupin

Guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam yang (sayangnya) hanya mengajar satu tahun saja, ketika Harry duduk di kelas tiga. Pertahanan terhadap Ilmu Hitam adalah salah satu ilmu paling penting yang dipelajari Harry, terutama untuk mempersiapkan pertarungannya dengan Lord Voldemort di masa depan. Namun sayangnya, guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam tidak pernah ada yang benar. Ada yang malah anak buah Voldemort, ada yang narsis ala selebritis, ada yang kaki tangan kementerian sihir…

Untunglah, meski hanya sebentar, Harry sempat merasakan pelajaran Pertahanan terhadap Ilmu Hitam yang sesungguhnya bersama dengan Lupin. Lupin adalah tipikal guru yang sangat mencintai pekerjaannya, mempersiapkan pelajaran dengan serius dan berusaha membuat pelajaran di kelas menjadi semenarik mungkin.

Favoritku adalah pelajaran mengenai Boggart, di mana setiap anak diminta Lupin untuk mengatasi “mimpi terburuk” masing-masing yang dimunculkan oleh Boggart. Lupin bisa membuat Nevile menjadi lebih percaya diri, dan tidak pilih kasih pada Harry yang jelas-jelas adalah anak sahabatnya sendiri.

Lupin in his office

Lupin in his office

Lupin juga mempersiapkan salah satu ujian paling keren di Hogwart, memunculkan makhluk-makhluk semacam Grindylow dan Boggart. Dan dari Lupin juga Harry berlatih Patronus yang membantunya melawan Dementor.

Yang membuat Lupin keren adalah di balik kecintaannya mengajar dan dedikasinya sebagai guru, Lupin tidak pernah lupa akan masa mudanya di Hogwarts: salah satu pencetus Peta Perompak dan anggota geng nya James Potter yang populer.

Sayangnya, fakta bahwa Lupin merupakan manusia serigala (yang sebenarnya bukan merupakan masalah bagi Dumbledore) membuat Lupin akhirnya mengundurkan diri dari Hogwarts. Tapi jangan salah, perannya sangat penting dalam pertempuran di akhir kisah. He’s the coolest teacher ever at Hogwarts – probably only Dumbledore could beat him on that! But Dumbledore didn’t really teach when Harry in Hogwarts, sooo… too bad! =p

Not only me who thinks Lupin is a cool teacher =)

Not only me who thinks Lupin is a cool teacher =)


The Brief Wondrous Life of Oscar Wao

0
0

oscar waoTitle: The Brief Wondrous Life of Oscar Wao

Writer: Junot Diaz

Publisher: Riverhead Books (2008)

Pages: 350p

Bought at: Drive Books Not Cars

This is a brilliant and compact story about a boy, who believed that his life was surrounded by Fuku or curse, started way way back from the previous generations in Dominican Republic. Oscar (who got the nickname Oscar Wao because of his obesity) is a nerdy boy, doesn’t have any friends, never been kissed (and been laid,of course) by any girl, and obsessed with science fiction.

The fact that he is a Dominican who lives in New Jersey and easily falling in love with girls doesn’t make anything easier. But instead of making Oscar’s story as a typical bullying theme, Junot Diaz brilliantly combined Oscar’s sad life with interesting historical background: The Fuku, or curse his family faced from a long time ago, since the first time Oscar’s grandfather messed around with Trujillo, the famous dictator of Dominican Republic.

From here, the story revolves around Oscar’s family: from his grandfather, a genius doctor who was accused being a traitor and having his life ruined in prison (by Trujillo, of course); then Oscar’s mom, who lost her parents because of Trujillo and unfortunately facing another problem with one of Trujillo’s family member. Then finally Oscar, who has lived in America all his life but still becomes a true Dominican who believes in the Fuku. Can he escape the curse and live a happy life? Or will he become another victim of Trujillo’s famous curse?

The narrator of this book is one of Oscar’s very few friends, who is also a science fiction fan, so don’t be surprised if there are lots of references from The Lord of The Rings and other sci-fi books (along with so many footnotes about Dominican Republic’s historical background, complete with its gruesome details). The flowing words coming out from the narrator’s mouth are very packed, sometimes rude (reminds me a bit of Holden Caulfield from The Catcher in The Rye), with sarcasm tone here and there. But the craziest thing is, I started to believe about the curse- and hated Trujillo with all my heart! That how strong Diaz’s writing is, and I’m not surprised his first novel won the Pulitzer prize.

Glimpse of Junot Diaz (source from here):

Junot Díaz was born in the Dominican Republic and raised in New Jersey. He is the author of the critically acclaimed DrownThe Brief Wondrous Life of Oscar Wao, which won the 2008 Pulitzer Prize and the National Book Critics Circle Award; and This Is How You Lose Her–> in my wishlist now!, a New York Times bestseller and National Book Award finalist. He is the recipient of a MacArthur “Genius” Fellowship, PEN/Malamud Award, Dayton Literary Peace Prize, Guggenheim Fellowship, and PEN/O. Henry Award.  A graduate of Rutgers College (Same college where Oscar went to!), Díaz is currently the fiction editor at Boston Review and the Rudge and Nancy Allen Professor of Writing at the Massachusetts Institute of Technology.

 

Trujillo, the Short History (source from here):

Rafael Leonidas Trujillo Molina (October 24, 1891 – May 30, 1961), nicknamed El Jefe ruled as a dictator of the Dominican Republic from 1930 until his assassination in 1961.He officially served as president from 1930 to 1938 and again from 1942 to 1952, otherwise as a military strongman remaining the de facto ruler of the country under figurehead presidents. His 30 years in power, to Dominicans known as the Trujillo Era (Spanish: La Era de Trujillo), is considered one of the bloodiest ever in the Americas, as well as a time of a classic personality cult, when monuments to Trujillo were in abundance. It has been estimated that Trujillo’s tyranical rule was responsible for the death of more than 50,000 people, including 20,000 to 30,000 in the infamous Parsley Massacre.

 

Fuku: Is It Real?

There is no proof that what Junot Diaz wrote about Fuku in this book is real. Every culture has its own “fuku”, belief about curse and supernatural events. Turned out, what happened to Oscar is not about Fuku at all. It’s about choices people in generations chose for their lives – and how it could impact the next generation.

Note: this posting was written for “Posting Bersama” with BBI on Pulitzer books.


The Ring of Solomon – a Post for Secret Santa!

0
0

ring solomonJudul: The Ring of Solomon

Penulis: Jonathan Stroud

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2012)

Pages: 528p

Gift from Secret Santa =)

Usia kelayakan baca: 10 y.o and up

Bartimaeus is back! Jin super kocak yang sarkastik namun baik hati ini terlibat dalam salah satu petualangan terbesar di Jerusalem. Karena suatu insiden, Barty terpaksa mengabdi pada Raja Solomon, penguasa Jerusalem (lebih seperti diktator) yang terkenal karena memiliki cincin ajaib. Cincin yang mengantarkan Solomon ke kekuasaan tertinggi ini menjadi incaran banyak pihak, termasuk para penyihir kerajaan serta penguasa daerah lain. Namun karena cincin tersebut sangat sakti, hingga kini kekuasaan Solomon masih tak tergoyahkan.

Suatu hari, seorang utusan dari Sheba datang untuk tujuan yang nekat, perintah dari ratunya: membunuh Solomon dan mengambil cincinnya. Namun gadis bernama Asmira itu tidak memperhitungkan Barty. Apakah Barty akan melawannya.. Atau malah membantunya?

What I like:

- Alur petualangan seru yang masih saja menyenangkan untuk diikuti, seperti tiga buku Barty sebelumnya.

- Kejutan dan twist disana-sini.. Kita nggak pernah tahu kapan Barty akan serius atau bercand, dan harus siap untuk ikut tertipu jin cerdik ini.

-Sifat Barty yang masih sama: humor-humor kocak namun sarkastis yang dilontarkannya, kecerdikannya yang bisa mengalahkan marid (tingkatan jin yang lebih tinggi) sekalipun, dan hatinya yang sebenarnya baik (meski Barty enggan mengakui hal ini), sangat berbeda dengan makhluk sejenis (yang biasanya tidak peduli dengan manusia).

-Gaya tulisan Jonathan Stroud yang mengalir lancar, dan berhasil diterjemahkan dengan baik. Mudah-mudahan masih ada petualangan Barty berikutnya, ya.

-Covernya bagus! Pilihan warnanya pas, menggambarkan nuansa padang pasir yang menjadi setting cerita.

What I don’t really like:

-Typo yang bertebaran di mana2, huhu..mungkin karena buru2 mengejar tanggal rilis? Mudah-mudahan bisa direvisi di edisi selanjutnya..

-Stroud menggunakan beberapa sudut pandang (seperti ciri khasnya). Yang paling menyenangkan tentu sudut padang Barty, tapi saat Asmira yang menjadi tokoh sentral, rasanya kurang greget dan sulit bersimpati dengannya.

All in all, a very recommended book for fantasy lovers, especially fans of Bartimaeus! Let’s wait for his next adventures =)

Thanks to my Secret Santa for giving me this lovely book. But the next question will be:

Who is my Secret Santa?

Seperti sudah disinggung di postingan tentang riddle sebelumnya, aku cukup curiga bahwa Secret Santa (SS)-ku adalah perempuan (hint:tulisan yang rapi, pilihan kartu natal yang imut). Tapi riddlenya sendiri sempet bikin aku pusing tujuh keliling. Mari kita telaah:

The Riddle! Singkat tapi padat euy.

The Riddle! Singkat tapi padat euy.

Clue number 1:

Buku yang Aneh, itu awalnya. Nah lho, apa itu buku yang Aneh? Dan kenapa kata “Aneh” harus diawali dengan huruf besar? Sengaja atau tidak? Pikiranku sempat melayang pada buku Wuthering Heights yang menjadi buku pertama yang dibaca bareng BBI. Buku itu termasuk kategori aneh. Apa SS-ku anak yang bergabung di awal terbentuknya BBI? Tapi kok terasa kurang pas ya? Apalagi aku memang nggak ikutan baca bareng pertama itu, karena sudah pernah review Wuthering Heights sebelumnya. Lalu aku mulai pikir-pikir lagi..apa kata lain aneh? Weird? Strange? Heiii…. tunggu dulu. Bagaimana dengan Strange? Jonathan Strange? Aku kenalan dengan salah satu anggota BBI (sebelum BBI terbentuk) karena membeli buku itu darinya. Ok, that’s an option.

Mari beralih ke Clue number 2:

Di kotak kecil, kita pernah bersama. Argh tambah susah! Kotak kecil tuh apa? Stand BBI waktu di acara IRF? Kok kayaknya kurang pas. Setelah pikir-pikir lagi..Voila, kopdarku yang pertama dengan sang penjual buku Jonathan Strange adalah di Chater Box, sebuah restoran di Plaza Senayan. Apakah kebetulan, atau memang clue yang dimaksud? Penasaran, aku ulik-ulik blog si “kandidat santa”, mencoba cari petunjuk, dan terdampar di blog pribadinya. Di salah satu posting, kebetulan ada contoh tulisan tangannya, yang pas dicocokin, kok mirip dengan tulisan di kartu Santa untukku?

Maka tanpa babibu lagi, aku memutuskan kalau SS-ku adalah Ferina, blogger buku yang sudah aktif jauh sebelum BBI terbentuk, yang pertama kukenal karena membeli koleksi buku-bukunya yang super keren, dan akhirnya berhasil bertemu untuk pertama kali tahun lalu di Chater Box. Benar atau tdknya tebakan ini, kita tunggu saja pengakuan sang Secret Santa :)

Yang jelas, whoever my Secret Santa is, I would like to say a big thanks to her/him, for a wonderful book, a fun riddle, and a very great time I have since I joined BBI.Cheers!

ps: also, a huge thanks to Oky and Ndari for arranging this event =)

pps: review ini sekalian diikutsertakan dalam FYE with Children’s Literature yang di-host oleh Bzee. (kategori Award Winner: The French Prix Millepages 2011 & Shortlisted for Costa Book Award 2010)

Come join the event!

Come join the event!


The Godfather

0
0

godfatherJudul: The Godfather

Penulis: Mario Puzo

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2007, hardcover)

Halaman: 680p

Beli dari: @HobbyBuku (IDR 54k, bargain price!)

 

Keluarga Corleone adalah keluarga paling berkuasa di New York City. Don Vito Corleone, sang kepala keluarga, disegani semua orang akibat kekuasaannya yang sangat besar dan kemampuannya untuk membuat semua orang memenuhi keinginannya, hanya dengan “berbicara secara logis”. Don Corleone kerap dipanggil Godfather oleh para pengikutnya. Ia adalah seorang yang pemurah, selalu bersedia menolong siapapun- dengan kesepakatan bahwa orang tersebut harus siap diminta imbalan di masa depan, apapun bentuknya. Sangat setia pada keluarga, Don Corleone memimpin mereka menguasai dunia bisnis perjudian dan minuman keras, dengan kedok usaha minyak zaitun dari Italia.

Namun suatu tragedi yang menimpa Godfather mengancam jatuhnya kekuasaan keluarga Corleone. Apakah anak-anaknya bisa mempertahankan keutuhan keluarga mereka? Ataukah mereka harus takluk di bawah kekuasaan empat keluarga mafia lainnya di New York? Sonny yang beringas, Freddy yang lemah, atau Michael yang tidak mau terlibat kegiatan keluarga, siapakah keturunan Don Vito yang bisa menyelamatkan keluarga ini? Intrik politik, pengkhianatan, dan persaingan dari keluarga-keluarga mafia lainnya menjadi bumbu penyedap kisah penuh aksi ini.

Jarang ada film adaptasi yang bisa bersanding dengan buku sumber kisahnya. Dan The Godfather adalah salah satu contoh dari segelintir film dan buku yang sama-sama bermutu dan mampu saling melengkapi dengan sempurna. Film Godfather menyabet berbagai penghargaan termasuk piala Oscar untuk film terbaik tahun 1972 (ditambah dua piala Oscar dan tujuh nominasi lainnya). Sosok Marlon Brando sebagai Don Vito Corleone merupakan salah satu karakter paling memorable sepanjang sejarah film. Dan Al Pacino menapaki jejaknya di dunia Hollywood melalui film ini.

Namun bagaimana dengan bukunya? Ternyata kisah legendaris Mario Puzo ini memang luar biasa. Kita dibawa masuk ke dalam seluk-beluk dunia mafia yang penuh kontradiksi. Dunia yang sangat mengutamakan sopan santun, persahabatan dan kekeluargaan yang erat, di mana “keadilan” versi mereka sangat berbeda dengan versi pada umumnya. Di balik segala keramahan tersebut, terdapat kekejaman dingin yang mengerikan. Pembunuhan dilakukan tanpa tedeng aling-aling. Siapapun yang tidak menuruti kehendak sang Godfather, siap-siap akan mengalami kemalangan. Godfather menguasai segalanya, bahkan aparat hukum dan para politikus korup yang berpihak pada keluarga mafia.

The great Marlon Brando

The great Marlon Brando

Puzo juga menceritakan detail setiap karakter (yang cukup banyak) lengkap dengan masa lalu mereka masing-masing, tanpa membuat pembaca bingung atau bosan. Yang juga hebat adalah narasi yang mengalir sangat lancar. Meski buku ini cukup minim dialog dan lebih banyak mengandung narasi serta deskripsi detail, tidak ada satu bagian pun yang membosankan.

Setiap karakter memiliki porsi dan peran masing-masing, dan adegan aksinya pun dijelaskan dengan sangat gamblang. Bahkan untuk yang sudah menonton filmnya pun, buku ini tetap menyimpan kejutan yang membuat kita sport jantung. Transformasi Michael Corleone dari anak yang ingin memisahkan diri dari bisnis keluarga, menjadi calon pengganti Godfather yang kejam, juga diceritakan dengan sangat membumi. Keseluruhan kisah merupakan sebuah epik keluarga, yang syukurnya juga melahirkan sebuah film yang tak kalah epiknya. Long live The Godfather!

 

Trivia:

- The Godfather memenangkan Piala Oscar untuk Best Picture, Best Actor (untuk Marlon Brando), dan Best Adapted Screenplay tahun 1972. Beberapa nominasi lain termasuk 3 nominasi untuk Best Supporting Actor, serta Best Director (Francis Ford Coppola). Namun Piala Oscar ini menuai kontroversi karena Brando menolak datang ke acara Academy Award, dan malah mengirim wakilnya, seorang Indian (Native American) sebagai bentuk protesnya terhadap diskriminasi di dunia Hollywood.

- Film The Godfather memiliki dua sekuel yang masih mengambil bagian-bagian dari novel Mario Puzo, dan masih terbilang sukses. Godfather Part II adalah film sekuel pertama yang menyabet Best Picture di Academy Award.

- Meski mengaku tidak memiliki keterlibatan apapun dengan organisasi mafia, Puzo menggambarkan kehidupan dunia mafia dengan sangat detail dan akurat. Hingga saat ini, masih ada lima keluarga mafia yang sangat berkuasa di New York, dan sebagian besar mafia di Amerika Serikat merupakan para imigran dari Sicilia.

 

“Kau tidak bisa mengatakan tidak pada orang yang kausayangi, tidak sering. Itu rahasianya. Dan kalau kau mengatakannya, usahakan terdengar seperti ya. Atau kau harus membuat mereka yang mengatakan tidak” (Don Vito Corleone, p617)

Posting ini dibuat dalam rangka posting bersama BBI bulan Februari, dengan tema buku-buku yang pernah memenangkan/masuk nominasi Academy Award.


Interpreter of Maladies

0
0

interpreter maladiesJudul: Interpreter of Maladies

Penulis: Jhumpa Lahiri

Penerbit: Mariner Books (1999)

Pages: 198p

Beli di: Second Story Books, Washington, DC (USD 6)

I love sad ending stories. Sedikit absurd mungkin, tapi aku memang menyukai kisah-kisah yang heartbreaking, yang endingnya menggantung, penuh twist tak terduga, dan mampu membuatku craving for more. Dan ternyata, kesembilan kisah dalam kumpulan cerita pendek karya Jhumpa Lahiri ini memenuhi kriteria tersebut.

Semua kisah berlatar belakang kehidupan orang-orang India, baik yang telah menjadi imigran di Amerika Serikat, maupun yang masih menetap di tanah airnya. Perpaduan isu gegar budaya, masalah sosial dan politik dibalut indah oleh kisah tentang cinta, apapun bentuknya. Favoritku di antaranya adalah A Temporary Matter, dimana sepasang suami istri muda keturunan India baru dirundung tragedi menyedihkan, dan berusaha memulihkan kembali hubungan mereka yang mendingin. Kesempatan datang saat listrik di daerah rumah mereka harus dimatikan selama satu jam setiap hari akibat adanya perbaikan. Saat-saat gelap itu dipergunakan mereka untuk saling mengungkapkan rahasia hati yang terdalam. Namun satu rahasia terakhir mengubah segalanya.

Jhumpa juga tak ragu mengangkat isu politik, terutama perang yang terjadi antara India dan Pakistan, seperti yang menjadi inti kisah When Mr.Pirzada Came to Dine. Betapa kontrasnya suasana perang yang panas, dengan dinginnya hari Haloween di Amerika.

Sedangkan beberapa kisah ditulis dengan setting India, salah satu favoritku yang lain adalah Interpreter of Maladies, yang juga dijadikan judul buku ini. Bercerita tentang seorang pemandu wisata yang mengantarkan satu keluarga India imigran Amerika yang ingin melihat objek wisata. Harapannya membuncah saat ia merasakan daya tarik dan perhatian dari sang ibu, namun sebuah pengakuan yang mengejutkan membuyarkan segalanya.

Jhumpa Lahiri sangat jeli menggambarkan setiap karakter, setting cerita, baris-baris percakapan, dan kekosongan hati tiap tokohnya. Gambarannya tentang orang India yang seringkali sukses di dunia akademisi terasa sangat tepat. Berbagai sudut pandang yang digunakannya juga sangat menyegarkan: seorang perempuan Amerika yang memiliki affair dengan laki-laki India, seorang istri India yang harus mengikuti suaminya berimigrasi ke Amerika dan berhadapan dengan segala yang tidak familiar di sana, sepasang suami istri muda India-Amerika yang baru pindah rumah dan menemukan berbagai barang religi nuansa Katolik di dalamnya, serta perjalanan seorang laki-laki India muda mengarungi samudra hingga tiba di Amerika.

Budaya India yang kompleks dan kontras dengan modernitas masyarakat Amerika Serikat berhasil dirangkai dengan kata-kata indah di sini, dan sekali lagi, aku beruntung bisa membaca edisi bahasa Inggris buku ini. Tak semua hal bisa diterjemahkan dengan sempurna, secanggih apapun penerjemahnya. Dan suasana muram, heartbreaking serta kalimat-kalimat di ending yang akan menghantui pembacanya lama setelah itu, adalah harta tak ternilai buku ini.

Mengutip endorsement dari Amy Tan di bagian belakang buku: “Jhumpa Lahiri is the kind of writer who makes you want to grab the next person you see and say, “read this!”"

Beautiful Jhumpa Lahiri. Pic from here

Beautiful Jhumpa Lahiri. Pic from here

Jhumpa Lahiri lahir di London dan dibesarkan di Rhode Island, Amerika Serikat. Debutnya, Interpreter of Maladies, memenangkan penghargaan Pulitzer. Kini ia tinggal di Brooklyn, New York. Karyanya yang lain termasuk The Namesake (yang juga sudah diadaptasi ke layar lebar), serta kumpulan cerita pendek Unaccustomed Earth.

Postingan ini diikutsertakan dalam Posting Bersama BBI bulan Maret 2013, dengan tema buku yang ditulis oleh penulis Asia.

 


Seraphina

0
0

seraphina1Judul: Seraphina

Penulis: Rachel Hartman

Penerbit: Doubleday (2012)

Pages: 368p

Gift from: @pdini

Buku ini adalah salah satu bukti nyata dari “Don’t judge a book by its cover”. Sejujurnya, cover model-model seperti ini, dengan tokoh perempuan sebagai titik sentral, ditambah aura-aura layaknya film seri remaja, hmmm…not my cup of tea.

Tapi karena ditawarkan oleh Mbak Dini yang baik hati, tentu aku nggak mau menolak donk. (Makasih bangeeeet mbak!!) Dan ternyata…I was speechless. Buku dengan genre high fantasy, tokoh utama perempuan dengan masa lalu suram, dan premis cinta segitiga, nggak lantas membuat aku merasa seperti membaca buku-buku YA kebanyakan.

Menurutku ada tiga kekuatan utama buku ini:

1. Settingnya yang memukau, tapi sangat believable. Rachel Hartman jago banget deh menciptakan realm Goredd, di mana manusia dan naga hidup berdampingan dengan damai. Tapi jangan membayangkan naga ala Harry Potter yang terbang melayang sambil menyemburkan api, naga disini justru hidup dalam wujud manusia, yang mereka sebut Saar. Seraphina sendiri bekerja sebagai asisten musik kerajaan, dan tempat tinggal maupun tempat bekerjanya di lingkungan istana digambarkan dengan detail yang membuat pembaca mudah membayangkannya.

2. Plot yang enchanting. Menciptakan dunia di mana manusia dan naga hidup berdampingan saja sudah cukup brilian menurutku, tapi Rachel Hartman menambahkan beberapa intrik politik, rasial, dan tentu bumbu-bumbu cinta di dalamnya (yang untungnya porsinya masih cukupan lah, nggak sampai menye-menye). Seraphina yang memiliki masa lalu misterius harus menjaga rahasia asal-usulnya supaya tidak dicurigai oleh kerajaan. Mentornya Orma adalah orang yang paling ia percaya dan sayangi, namun sosok Orma yang sebenarnya adalah naga membuat Seraphina putus asa kadang-kadang, karena naga tidak boleh memiliki emosi seperti manusia. Sementara itu, terjadi peristiwa misterius di kerajaan: Pangeran Rufus ditemukan meninggal dengan kepala terpenggal (nagakah pelakunya?), ayah Orma yang sudah lama menghilang tiba-tiba dicurigai muncul untuk menghancurkan perdamaian antara manusia dan naga, dan di tengah segala intrik dan kekacauan ini, pemimpin kaum naga, Ardmagar Comonot, datang ke Goredd untuk merayakan 40 tahun perdamaian antara naga dan manusia. Seru!!

3. A very lovable heroine. Kunci dari sebuah buku terletak pada karakternya. Mau seindah apapun jalinan kata dalam buku, atau seseru apapun plotnya, kalau karakternya menyebalkan atau membosankan, rasanya malas untuk menyelesaikan buku tersebut. Dan syukurlah, Seraphina cukup bisa menarik simpatiku. Terjebak dalam masa lalu yang kelam, Seraphin dipaksa untuk terus berbohong dan berusaha untuk tidak menarik perhatian. Namun bakat musiknya membuat ia semakin dikenal orang, dan pengetahuannya yang luas tentang naga malah membawanya ke dalam penyelidikan bersama Pangeran Lucian Kiggs, kepala penjaga kerajaan. Seraphina berhasil memadukan ketangguhan dengan kerapuhan, dan menunjukkan kalau tokoh sentral cerita tidak selalu harus sempurna. Sejak Katniss Everdeen, sudah lama juga aku tidak bertemu tokoh utama perempuan yang bisa mengundang simpati.

Ketiga unsur tersebutlah yang menurutku bisa membuat Seraphina layak dinobatkan menjadi salah satu buku fantasi YA terbaik di tahun 2012 kemarin. And I just can’t wait to read the sequel, Dracomachia, that will be published at the end of the year!

my favorite cover!

my favorite cover!

Ps: Review ini dibuat dalam rangka posting bersama BBI bulan Maret 2013 dengan tema Fantasy.

PPs: Kalau mau membaca Seraphina, jangan lupa membuka glossary di bagian belakang buku, tempat sang penulis menjelaskan arti dari kata-kata yang berasal dari realm Goredd. Aku sendiri telat menyadari adanya glossary ini, yang membuatku bertanya-tanya dan menebak-nebak arti dari beberapa kata.

PPPs: This is a debut from Rachel Hartman, can you believe it? So much talent! And the talent reminds me of Seraphina’s genius musicality.



Happy Birthday My Bebi!

0
0

logo BBI

It is a place where I met many great friends.

It is a place where I always feel that I belong.

It is a place where we share the same passion (Books!).

It is a place where nobody would judge you based on your readings.

It is a place where a romance lover can laugh together with a horror fan.

It is a place where a Twilight hater can be friends with an Edward fangirl.

It is a place where people don’t care who you are, where you’re from, what you do. (BSB alert!)

As long as you love books, and you love to talk (and write!) about them.

For books and BBI :)

For books and BBI :) Pic from here

It is BBI, Blogger Buku Indonesia.

And I am so thankful for knowing (and being a part of) this uber cool community.

Happy 2nd Birthday Bebi! Cheers for many-many great years (and books) to come!

 

 


BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop

0
0

BBI 2nd Giveaway HopHola! Nggak kerasa sudah dua tahun saja Blogger Buku Indonesia (BBI) berdiri. Dari yang anggotanya cuman segelintir, sampai sekarang sudah mencapai lebih dari seratus orang! Happy anniversary Bebi tersayang :)

Untuk memeriahkan ulang tahun kedua ini (masih toddler ya? Lagi aktif-aktifnya nih!), ada beberapa rangkaian event yang sudah disiapkan oleh para pengurus BBI, salah satunya (meneruskan tradisi tahun lalu) adalah BBI Giveaway Hop, dimana para anggota BBI serempak mengadakan giveaway di blognya masing-masing. Untuk melihat daftar para penyelenggara giveaway hop, silakan klik di sini.

Books to Share juga ingin ikut meramaikan BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop, dan nantinya akan dipilih DUA orang pemenang. Caranya gampang kok:

1. Isi Google Form di bagian akhir postingan ini. Kalau mau menambah poin nomor undian, silakan isi selengkap-lengkapnya sesuai dengan petunjuk yang tercantum di setiap pertanyaan. Bila ada peserta yang mencantumkan keterangan palsu (misalnya: mengaku sudah follow twitter padahal belum), akan langsung didiskualifikasi.

2. Setiap peserta hanya boleh mengisi form SATU kali saja, peserta yang mengisi lebih dari satu kali akan didisukualifikasi.

3. Giveaway dibuka dari tanggal 13 April 2013 s/d 26 April 2013 pk. 23.59 WIB.

4. Pemenang akan dipilih dengan menggunakan random.org, sesuai dengan urutan input form serta jumlah poin masing-masing peserta. Makin banyak poin yang dikumpulkan dari pertanyaan di form, makin besar kesempatanmu untuk menang.

5. Akan dipilih DUA orang pemenang, yang masing-masing berhak memilih buku dengan harga maksimal IDR 100,000 atau USD 10 (di luar ongkos kirim). Buku hanya bisa dibeli dari toko buku online, baik lokal (bukukita.com atau bukabuku.com); atau internasional (bookdepository.com atau toko lain yang memiliki free ongkos kirim ke Indonesia).

6. Pemenang yang terpilih harus memiliki alamat kirim di Indonesia. Pemenang diberi kesempatan untuk mengkonfirmasi alamat serta pilihan bukunya, paling lambat 2×24 jam setelah pengumuman pemenang, dengan mengirim email ke astridfelicia@hotmail.com

Good luck, and may the odds be ever in your favor!


Close Up Interview Anggota Blogger Buku Indonesia

0
0

BBI bday

Preambule:

Dalam rangka Anniversary Blogger Buku Indonesia (BBI) yang kedua, divisi event BBI mengadakan posting bersama yang isinya adalah hasil interview dengan sesama member BBI, sesuai hasil undian masing-masing. Tujuannya selain ajang narsis dan eksis (ups) tentu saja untuk mendekatkan para anggota BBI yang masih jarang-jarang bisa ketemuan :)

Dan berdasarkan hasil “undian”, korban interviewku adalah….jeng jeng jeng… Neng Nur Aulia Afina yang akrab dipanggil Aul. Tentu saja aku langsung bersemangat, bukan saja karena aku baru sekali ketemu dengan mojang Bandung ini, tapi juga karena Aul adalah salah satu member termuda BBI yang track record membacanya sudah membuat geleng-geleng kepala :D

Aul..bersama sebagian kecil koleksi bukunya ;p

Aul..bersama sebagian kecil koleksi bukunya ;p

Aku ingat, pertama kali bertemu dengan Aul (semoga bukan yang terakhir ya!!) adalah waktu kita janjian di Periplus Setiabudi, Bandung bersama beberapa BBIers Bandung lainnya. Aul mention aku di twitter “Mbak, aku yang pake kaos biru kayak covernya The Fault in Our Stars ya”. So cute!! Dan orangnya emang beneran cute, mungil gitu dengan backpack berisi buku-buku yang super berat :D

Dan meski kelihatannya pendiam, ternyata si Aul ini cerewet lho sodara-sodari! Celetukannya yang iseng suka tiba-tiba tercetus di tengah obrolan ngalor-ngidul BBIers yang nggak jelas.

Anyway, inilah hasil interviewku sama si imut Aul, yang ternyata menyimpan banyak fakta menarik, termasuk cita-citanya bisa menulis buku. Goooo Aul! :)

BBI CUI

Hai Aul! Cerita sedikit donk, tentang keluargamu dan kehidupanmu sehari-hari..

Aku anak kedua dari dua bersaudara. Lahir di Bandung, 11 Desember 1995. Trivia tentang keluargaku: Ayah, kakak laki-lakiku, dan aku nama pertamanya Nur :) Meskipun lahir di Bandung, aku hanya sempat tinggal setahun di sana sebelum akhirnya pindah ke Bekasi sampai umur 10-11. Lalu kembali lagi ke Bandung dari SMP sampai sekarang. :) SMP-ku di SMPN 13 Bandung, dan sekarang (semoga) mau lulus dari SMA swasta, SMA BPI 1 Bandung. (Iya yang di jalan Burangrang itu.)

Sejak kapan sih Aul suka baca? Memang dari kecil udah seneng, atau karena punya temen/keluarga yang suka baca?

Mm mungkin dari pas udah bisa baca ya… yaitu pas umur 5 tahun. Wih, aku langsung baca apa aja yang bisa dibaca. Awalnya komik-komik kakak aku kayak Sinchan, Detective Conan, Doraemon, dll. Lalu Ayah beliin novel pertamaku. Lupa judulnya, yang pasti novel anak-anak terjemahan dan berwarna kuning, ada gambar burung kakaktua-nya. Sayangnya aku gak suka gaya bahasanya, jadi buku itu ditelantarkan. :p mulai suka baca novel pas Ayah beliin aku novel Dar! Mizan yang tentang sekolah itu… Lupa (lagi) judulnya, yang pasti penulisnya Benny Ramdhani (atau semacam itu lah, aku memang pelupa :p). Mulai baca yang tebal-tebal itu… Harry Potter. Ayah beli untuk kakak aku, tapi karena dia gak suka (beda ya sama adiknya) jadi aku yang baca dan jatuh cinta. :) sampai sekarang masih suka, dan bacaanku tetap novel. (Buku pelajaran? Apa tuh? (Kemudian dikeplak.) (Kan udah selesai UN.))

Terus, pasti punya genre favorit dong? *maksa* Genre favorit Aul apa?

Genre favorit? Mm.. sebenernya aku suka baca apa aja asalkan fiksi. Paling suka novel untuk YA; contemporary, dystopia, fantasy, hayooo dibaca. :) Aku dulu suka baca klasik lho, sampai-sampai admin @Gramedia tahu. :) Terus aku juga suka baca untuk middle-grade dan adult. (Untuk yang terakhir itu, asalkan jangan erotica & hisrom sih. Ehehe.) –> ehm…bener nih?? *red*

Terus terus, kan Aul punya blog buku nihh…kenapa sih rajin banget bisa punya blog buku? Padahal kan..anak SMA lebih sering punya blog untuk curhat *uhuk* ehhh atau jangan-jangan Aul punya blog curhat juga yaaa? *nuduh*

Eh itu…. karena lihat blog buku BBI. :) *YEAY!* dan mikir, kayaknya seru juga punya blog buku. Mm sebenernya aku punya blog personal di Tumblr yang penuh dengan kegalauan :) (semoga gak ada yang kepo banget sampai-sampai dicari blog-ku yang itu –> MARI KITA CARI! *red*) Sekarang aku juga punya: http://jamdindingpuntertawa.blogspot.com. Itu rencananya mau diisi dengan tulisan-tulisan buatanku. :)

Kalau misalnya nih, Aul terdampar di satu pulau terpencil dan hanya bisa bawa satu buku aja, buku apa yang dipilih?

Err… buku apa ya? Bingung sendiri. X) mungkin aku mau bawa… buku tulis. Biar bisa nulis dan dibaca sendiri, kayak di Life of Pi. Hehehehehehe. *dikeplak mbak Astrid* –> Tuh kan bener, keluar deh isengnya si Aul!!

Siapa tokoh/karakter di buku yang pengeeeeen banget dikenal di dunia nyata? bisa cewek/cowok/alien/binatang/dll, bebas :)

Sejauh ini yang paling pengen aku temui itu… biasanya penulis sih. Tapi karena ini karakter dalam cerita, aku pengen ketemu… Luna Lovegood! For no particular reason, but maybe because Luna is much more like me. :p

Kalo ngomongin masa depan, rencananya, Aul mau nerusin kuliah ke mana dan jurusan apa?

Aku… udah daftar 4 jurusan di 2 universitas yang berbeda. Psikologi, meskipun ini nekat karena jurusan itu banyak peminatnya, tapi dari SMP aku pengen masuk Psikologi. :p Lalu, Statistika. Aku suka menghitung. Lebih suka menghitung dibanding menghapal. Tapi aku gak mau masuk Fisika atau Kimia. :) Pendidikan Matematika, kurang lebih karena terinspirasi oleh guru matematika aku di SMA. :) dan aku memang suka matematika. Pendidikan Inggris, karena mungkin aja aku bisa jadi kayak gurunya Charlie di Perks? (Loh.) Aku sukaaa banget pelajaran bahasa Inggris. Kemarin, waktu UN Fisika selesai, aku stress banget sampai nangis. Pelajaran selanjutnya itu bahasa Inggris dan mengerjakan soalnya kayak refreshing. Hehehe. :p

Nahhh sekarang mari kita melipir ke ranah yang lebih pribadi *yeaaay* Jadi-jadi, Aul statusnya apa sekarang, single atau….? Kalau udah punya cowok, boleh donk sedikit dikisi-kisi, temen sekolahkah? Or ketemu dimana? *kepo* Suka baca juga ga? Dan kalau masih single, sekalian laaah…kriteria cowok idaman *siapa tau ada yg nyangkut* hihihi

Aku gak punya pacar dan belum pernah pacaran. :) Kenapa? Gak ada yang mau. :p *Ah Aulll boong banget sih nggak ada yang mauuu* hehehe, kriteria cowok idaman? Mm, jadi inget aku pernah suka sama cowok pintar #ehm tapi gak suka baca. :| tapi untuk aku sendiri, aku gak mempermasalahkan si calon pacar (atau suami) (woy) itu suka baca atau enggak, yang penting dia bisa mengerti kalo aku gak balas SMS-nya berarti aku lagi baca! :) dan harus mau diajakin ke Palasari, Gramedia, dan toko buku lainnya! Juga harus mau bikinin aku rak buku. (Banyak maunya. :p) –> Hayooo…ada yang merasa punya kriteria ini? huehue!

Pertanyaan terakhir deh: koleksi buku di rumah jumlahnya berapa hayooo…terus, pernah diprotes nggak sama org rumah, kok bukunya banyak banget?

Jumlah buku yang dipunya… menurut Goodreads sih ada 90-sekian, tapi itu belum termasuk komik & novel-novel teenlit jaman SMP. Masih dikit dibanding koleksi teman-teman BBI. :p Ditanya kenapa bukunya banyak banget? Wuih, bukan ditanya lagi, dimarahin malah! Contoh:

Ibu: “Itu buku apalagi?”
Aku: “Lagi ada diskon.”
Ibu: “Cik atuh meuli teh baju meh tambah geulis lain meuli buku hungkul!” (Translation: Beli baju dong biar tambah cantik bukannya beli buku terus!)

Cara ngelesnya? Diem. Aku gak pinter berdebat. :p –> Pukpuk Aul :)

Random Things About Aul:

1. Lebih suka paperbook dibanding e-book. “Who doesn’t love the smell of new book, eh?”

2. Lebih suka pergi ke toko buku dibanding browsing online bookshop. “Pergi ke sana bisa sampai berjam-jam, sekalian untuk menghilangkan stress. :)

3. Suka men-judging book by its cover! “Kecuali kalo sebelumnya udah pernah dibaca & ketahuan bagusnya. (Biasanya di buku-buku terjemahan.)”

4. Toko buku favoritnya: “Yang ada diskon! Hehe, paling suka ke Rumah Buku Bandung, dan Gramedia Merdeka (terutama bagian Bargain Book Price.)”

5. Selain baca buku, punya hobi nulis. “Semoga suatu saat nanti bisa menerbitkan kumpulan cerpen atau novel. Aamiin!”

6. Oiya, suka juga nonton film ternyata. “Thanks to my brother & our parents. Aku jadi suka epic fantasy karena nonton LoTR & jadi hafal lagu-lagu Grease!”


BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop – THE WINNERS!

0
0

BBI 2nd Giveaway HopAkhirnya, setelah mengecek satu demi satu data para partisipan (ada 76 orang totalnya!), maka tibalah saatnya mengumumkan DUA orang pemenang, yang masing-masing berhak memilih buku hadiahnya sendiri, seharga total maksimal IDR 100k atau USD 10.

Sebelumnya, terima kasih yang sebesar-besarnya untuk seluruh peserta, terutama yang berniat mengikuti semua ketentuan yang diberikan, bahkan rela untuk follow blog atau twitter segala :) Seperti biasa, pengennya sih bisa memenangkan semua, apa daya modal belum mencukupi hehehe… Jadiiii…inilah yang beruntung dan lagi disukai oleh Mr.Random:

 

1. Luckty Giyan Sukarno

2. Dian Az-Zahra

Selamat ya untuk para pemenang! Harap mengirim email konfirmasi berisi nama lengkap, alamat kirim, nomor HP serta pilihan buku hadiah (beserta link pembeliannya), ke astridfelicia@hotmail.com, selambatnya hari Senin, 29 April 2013 pk 12.00 WIB. Bila email tidak diterima hingga waktu yang ditentukan, akan dipilih pemenang lain untuk menggantikan.

Once again, congrats and thank you to all participants! See you soon in other BBI/Books to Share events :)

Cheers!

 


Girl With a Pearl Earring

0
0

pearl earringJudul: Girl With a Pearl Earring

Penulis: Tracy Chevalier

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2003)

Pages: 352p

Bought from: Ferina (IDR25k).

Ketika sempat tinggal di Den Haag untuk studi S2, aku beruntung bisa berkunjung ke beberapa museum di Belanda dan melihat dengan mata kepala sendiri lukisan-lukisan terkenal yang sudah melegenda dan dibicarakan orang selama berabad-abad. Salah satunya adalah lukisan Vermeer yang menjadi judul novel ini, Girl With a Pearl Earring.

Sejujurnya, aku tidak mengerti apa yang bisa membuat sebuah lukisan menjadi begitu terkenal dibanding lukisan lainnya, termasuk si gadis beranting mutiara ini. Sederhana, dengan detail yang tidak sekuat lukisan-lukisan Rembrandt yang biasanya melibatkan lebih banyak objek. Tapi kenyataannya, lukisan ini sangat terkenal. Dan Tracy Chevalier memutuskan untuk membangun kisah menarik di balik lukisan misterius ini. Tambahan bahwa kehidupan Johanes Vermeer tidak diketahui banyak orang, menjadi bumbu kisah yang menggiurkan.

Griet adalah anak perempuan tertua di keluarganya yang tinggal di kota kecil Delft di Belanda pada tahun 1664. Karena ayahnya mengalami kecelakaan di tempat kerja, Griet terpaksa menyokong keluarganya dan bekerja sebagai pelayan di keluarga pelukis terkenal: Johanes Vermeer.

Vermeer memiliki banyak anak, sebagian di antaranya sangat nakal, istri yang pencemburu, serta ibu mertua yang misterius. Griet berusaha keras membuat majikan laki-lakinya terkesan padanya, dan semakin lama timbul rasa cinta yang tak terduga pada sang pelukis. Vermeer pun sepertinya balas menyukainya juga, hingga memutuskan untuk melukis Griet dan memintanya mengenakan anting-anting mutiara istrinya. Namun tentu saja ini beresiko besar untuk Griet apabila ia ketahuan. Apakah Griet rela mengorbankan pekerjaan dan kehidupannya demi permintaan laki-laki yang dikasihinya itu? Dan apakah Vermeer benar-benar mencintainya- atau memanfaatkannya untuk lukisan saja?

Dalam hal setting dan fakta sejarah, Tracy Chevalier memang jagonya. Tak terkecuali di buku ini, penggambaran Delft di masa lampau benar-benar memukau dan meyakinkan, seolah ia benar-benar pernah berada di sana. Namun kalau berurusan dengan karakter, entah mengapa Tracy tidak pernah berhasil memukauku melalui tokoh-tokoh di dalam bukunya. Memang karakter di buku ini tidak semenyebalkan tokoh-tokoh di Virgin Blue atau Lady and the Unicorn, tapi tidak bisa dibilang menyenangkan juga.

Karakter Griet yang harusnya bisa menjadi sangat lovable dan mengundang simpati, malah terkesan flat disini. Tidak ada alasan untuk menyukainya, dan bahkan tidak ada penjelasan mengapa Vermeer begitu dikaguminya- karena lukisan semata-mata? Atau sikap misteriusnya? Karakter lain pun dibuat terlalu satu dimensi- misalnya saja Catharina, istri Vermeer yang digambarkan selalu menyebalkan, menjengkelkan, tapi tanpa alasan yang jelas. Apa karena suaminya yang tak kunjung sukses? Atau karena ia hamil dan melahirkan terus-menerus nyaris tanpa jeda?

Membuat kisah berlatar belakang sejarah memang menantang, apalagi bila mengangkat kisah tokoh yang terkenal seperti Vermeer. Mungkin itu pula yang membuat Tracy seperti merasa dibatasi dalam mengembangkan karakter dan jalinan kisahnya, sehingga plotnya pun terasa lebih sederhana dibandingkan buku-bukunya yang lain. Namun, fakta sejarah dan detail-detail seni dalam buku ini masih memikatku, dan masih membuatku bertekad untuk mencari buku-buku Tracy lainnya- untuk menemukan satu saja yang bisa jadi favoritku!

Review ini adalah posting bersama BBI untuk buku dengan tema perempuan/ditulis oleh penulis perempuan


Mr. Penumbra’s 24-hour Bookstore

0
0

penumbraTitle: Mr.Penumbra’s 24-Hour Bookstore

Writer: Robin Sloan

Publisher: Farrar, Straus and Girox (2012)

Pages: 288p

Bought at: Kinokuniya Ngee Ann City (SGD 34.94)

Economy in the US is in a really bad state (I feel it so much since I work in a US organisation), and Clay Jannon feels the same. He lost his job as a web-designer, and is forced to take any job he could find. Turns out, he gets a job as a night shift clerk in Mr.Penumbra’s 24 Hour Bookstore in San Francisco. His job is to find books for the customers, but the weird thing is, there are not so many regular books in the store, and not so many regular customers either.

The only people who came during his late shift are weird old guys and ladies, looking for the mysterious coded books that are shelved at the back of the store. Clay tried to guess who these people are, and what are they going to do with all those books. His investigation brings him to a very old secret society that has been looking for a key to mysterious manuscript from a long time ago.

Without his realizing it, Clay is dragged by his mysterious boss, Mr.Penumbra, to a journey of cracking an ancient code, that is supposed to hold a secret for eternal life. With his friends in Google, Clay tries to combine an old knowledge with new cyber technology to solve the mystery.

If there’s any book that is so current, so cool, and relate so much with the readers of this new age, Mr.Penumbra’s is one of them. It successfully combined an old love for books, good ol paper books and the smell of their pages, with new technology such as internet, search engine, and e-book reader. It is also discussed the neverending battle of conventional bookstore and online bookstore. Are good ol bookshops closing down? Is this the end of an era?

Robin Sloan is very well researched, he can describe the setting where the story takes place in a really great way. From sunny San Francisco, where Google office compound seemed so different than the old school style of Mr.Penumbra’s bookstore, to the ancient and gloomy Manhattan, where the headquarter of the secret society, including its famous library, is located.

I love Mr.Penumbra’s because it makes me think of the future of books. Technology can not replace the best feelings in the world: browsing a bookstore, tracing the old spines of books, smelling the unmistakable smell of old pages. It can not replace the love of reading a real book. And even though Google has the most advanced technology of all time (at least according to this book), it can’t decode everything. It can’t solve all problems in the world. And I’m thankful for that.

The only slight disappointment I have about this book is maybe the lack of dimensions of the characters. I love Clay Jennon, don’t get me wrong, and I love Mr. Penumbra, but there are certain emotional aspects this book can’t describe well. Even when Clay talked about the crush he had with one of the Googlers, well, it sounded flat. They even do the dating via Skype! Is it because we are now more into advanced technology than basic emotions? This book speaks a lot about current and cool technology, from the apps in iPhones, Kindle, website design, language programming etc. But it doesn’t speak too much about human emotions. Funny, hmm? I hope we won’t all turn into robots and androids one day!
Fave quotes:

“Walking the stacks in a library, dragging your fingers across the spines- it’s hard not to feel the presence of sleeping spirits” p 147

“I was under the impression they read everything on their mobile phones”. “Not everyone. There are plenty of people who, you know- people who still like the smell of books” p 65

“Why do you like books so much?” “Well, actually, I love books because books are my best friends”

Mr. Penumbra’s is a complete pleasure for all book lovers- and anybody who loves the smell of books!

PS: Did I tell you that I love the cover so much? It even glows in the dark!!

PPS: this posting is submitted to posting bersama with BBI, the theme is Books about Books :) Love this theme so much!


Rapid Fire Questions

0
0

Lagi-lagi kerjaan anak BBI! Tiada hari tanpa kehebohan deh pokoknya kalau sudah menyangkut komunitas seru ini (sekalian promosi, yang pingin gabung, yuk klik ke sini) :)

Jadi ceritanya, ada serangkaian pertanyaan yang harus dijawab para blogger dari blogger lain, lalu setelah menjawab, si blogger yang mendapat pe er tadi itu harus melemparkan kutukan tersebut ke 5 blogger lain, disertai oleh pertanyaan tambahan.

Dan memang yah, namanya kutukan tak bisa dihindari. Jadi aku pasrah saja waktu menerima bagian dari Tezar dan Althesia. Dan inilaaaah, jawabannya:

1. nambah atau ngurangin timbunan?

Nambah dooonk, secara penimbun sejati :) tapi kalo udah kepepet, ya terpaksa ngurangin dulu…

2. pinjam atau beli buku?

Beliii….yah, sebisa mungkin beli karena beli buku itu canduuu…dan kepuasannya jauh melebihi pinjam..

3. baca buku atau nonton film?

Baca buku doonks…kecuali lagi jenuh banget dan pas ada film yang bagus..

4. beli buku online atau offline? (tobuk yg temboknya bisa disentuh)

So far masih offline. Nothing beats the smell of good old paperbooks!

5. (penting) buku bajakan atau ori?

Ori seori-orinya…karena sukurlah, sampe sekarang belum pernah tergoda (atau ketipu) beli bajakan :)

6. gratisan atau diskonan?

Kayaknya diskonan aja deh… tapi yang 80% hihihi…kalo gratisan soalnya suka ada embel-embel tertentu, seperti harus direview dll

7. beli pre-order atau menanti dgn sabar?

Menanti dengan sabar ajah… kalo nggak perlu-perlu banget, mending tunggu bukunya keluar dengan format paperbook, plus lebih ok lagi kalo udah didiskon.

8. buku asing (terjemahan) atau lokal?

Lebih suka buku asing, bukannya nggak mendukung buku lokal loh, cuman ceritanya lebih sreg aja…

9. pembatas buku penting atau biasa aja?

Biasa aja… soalnya aku lebih sering ngafalin sendiri aja, udah sampai di halaman berapa. Atau pake kertas biasa juga fine sebagai pembatas buku.

10. bookmark atau bungkus chiki?

Bookmark laaah…bungkus chiki ini buat apa pula maksudnya hoahahaha…

11. Puasa makan atau puasa beli buku?

Puasa beli buku! Well, sort of. Sebulan terakhir ini kebetulan berhasil sih. Kalo nggak makan sebulan, kayaknya nggak sanggup :p

12. Meminjamkan buku atau dipinjamkan buku?

Meminjamkan buku :) Soalnya aku termasuk yang agak jarang minjem. Tapi kalau ada yang mau pinjem bukuku sih, monggo banget…asal dibalikin lagi yah!

13. Badan dan gadget yang kehujanan atau buku yang kehujanan?

Uhmm…badan dan gadget deh, dengan catatan gadgetnya anti air! Hihih…soalnya kalo buku udah keujanan, waduh… sekarat dia.

14. Movie adaptation : baca buku duru baru nonton atau nonton dulu baru baca buku?

Baca bukunya dulu, jadi bisa dengan damai membandingkan sama filmnya. Kalo nonton filmnya dulu, biasanya jadi males baca bukunya karena basically udah tau ceritanya, dan imajinasinya udah terbentuk.

15. Cedric Diggory atau Edward Cullen?

Hoahahaha…malesiiiin…tapi berhubung baru selesai baca Harry Potter ke-4, aku pilih Cedric aja deh. At least he has something that I can root for. Kalo Edward sih….. meh. #nooffense!!

Ok, sekarang tambahan pertanyaan dari Tezar:

11. harry potter atau hermione?

Harry Potter deh… soalnya biarpun kadang nyebelin, tetep nggak bisa bayangin kalo dia sampe nggak ada :D

12. obral gramedia atau diskon toga mas?

Gramedia, soalnya sampai saat ini belum pernah ke toga mas *blushing*

13. Musashi atau Taiko?

Duuuhhh dua-duanya belom bacaaa…tapi kayaknya Taiko deh. Soalnya namanya lebih catchy #apasih

14. alamat kirim buku kantor apa rumah?

Kantooor! Soalnya kalo rumah suka banyak yang bawel hehehe!

15. buku children apa young adult?

Children – terutama yang dapet Newbery. Can’t get enough of them!

Dan sekarang giliran tambahan pertanyaan dari Essy (nggak selesai-selesai gini pe er nya!)

1.   gak sempat baca karna beresin kamar atau terus baca tapi kamar berantakan? (harus  pilih salah satu loh) ? (alasannya jgn lupa)

Terus baca karena kamar berantakan, soalnya kalo beresin kamar kan bisa minta tolong orang-orang lainnya #ketawalicik #egoisreader

2.   baca buku di tempat rame atau mojok sendirian di kamar? (alasannya jgn lupa)

Mojok sendirian! Lebih bisa konsentrasi, nggak keganggu suara-suara atau ajakan orang untuk ngobrol de el el.

3.   snape atau james potter? (alasannya jgn lupa)

Snape doooonkkkk!!! Aku kan pendukung Snape-Lily sejati *hiks*. James Potter itu snob sih ya, tipe-tipe cowok populer di sekolah yang suka ngebully anak-anak lain. Huh.

4.   komentar pas lagi baca buku : ditulis di kertas khusus or dicoret-coret di buku langsung?(alasannya jgn lupa)

Di kertas khusus…soalnya aku termasuk anti corat-coret buku..kecuali untuk ditandatangan dan dikasih nama aja di halaman depan.

5.   tetralogi laskar pelangi atau serialnya supernova? (alasannya jgn lupa)

Duuuhhh sebenernya dua-duanya agak mengecewakanku deh. Tapi so far masih ngikutin Supernova soalnya penasaran. Kalau Laskar Pelangi, menurutku terlalu overrated.

FIUH!!! Akhirnya selesai juga :) Sekarang giliran aku ngasih 5 pertanyaan tambahan:

1. Paperbook or e-book?

2. Happy ending or sad ending?

3. Bad translation or lots of typos?

4. Ikutan blog giveaway atau quiz di twitter?

5. E book reader: kindle or nook?

Nahhh…siapa ya calon yang kena kutukanku? Kayaknya hampir semua anak BBI udah pada kena kutukan. Jadi aku ngincer yang sepertinya masih belum kena (tapi kalo ternyata udah kena, maapkeun yaaa). So, the victims are: Noor Halimah Anjani, Maria Hobby Buku, Jamal Kutubi, Made Melani, Sinta Nisfuanna.

Selamat menjawab ya :)

UPDATE:

Ternyataaa…dapet 2 pe er lagi dari Yuska dan Mbak Ratih :D Wakakaka never ending story gini jadinya… Dan inilah pertanyaan tambahan dari mereka:

From Yuska:

1. Jadi member perpustakaan atau member toko buku?

Perpustakaan…tapi sampai sekarang belum kesampean hahaha…Mudah-mudahan bisa deh, soalnya udah lama banget gak ke perpus :D


2. Mencuri buku teman atau mencuri buku di toko buku?

Waduh waduhhhh kriminal banget pertanyaannya :D Kayaknya buku temen aja deh, at least nggak ditangkep polisi kalo ketauan :p


3. Vampire atau nephilim?

Berhubung belum pernah tau tentang nephilim, hmmmm…sepertinya terpaksa milih vampire. Asal jangan kayak Edward Cullen ya, please…:p


4. Baca sambil tiduran atau duduk?

Tiduran! Emang sih ngerusak mata, tapi itu posisi paling pe we buat aku :D


5. Memoir atau biography?

Lebih suka memoir soalnya biasanya ada unsur-unsur dramatis yang bikin serasa baca fiksi, nggak ngebosenin jadinya :)

Daaaan, terakhir (untuk saat ini), pertanyaan dari Mbak Ratih alias @erdeaka:

11. menandai quote dengan stabilo ato stiker?

Waah…sebenernya aku jaraaang banget nandain quote, biasanya diinget-inget aja atau tulis di halaman lain. Tapi kayaknya lebih memilih stiker deh, agak anti corat coret buku soalnya :)

12. fiksi ato non-fiksi?

Fiksiiii…soalnya lebih nggak bosenin, bebas berimajinasi pula..

13. baca buku fisik ato e-book?

Fisik doonk…hehehe…selain karena nggak punya e-book reader, aku juga masih suka megang-menang halaman buku, mencium baunya, dan melihat covernya langsung.

14. baca buku sambil tiduran + denger radio, tiduran+ngemil, ato tiduran +twitteran? (pilih salah satu)

Tiduran sambil ngemil is the best! But not a good combination for a fit & healthy body ;p

15. membaca buku untuk menghibur diri ato untuk menambah luas wawasan?

Hmmm…sepertinya sih lebih untuk menghibur diri ya, tapi seringkali secara nggak sengaja juga memperluas wawasan :)

Okeeee…it’s a wrap! We’ll see bakal ada serangan kejutan lagi atau engga :D

UPDATE

Nah kaaan ada lagi serangan fajar..hahaha..kali ini dari Linda, dan ini pertanyaannya:

1. Kristen Stewart. Isabella Swan atau Snow White?

Gak dua-duanya, huahahaha….#dikemplangfanskstew Aduuuuhhh harus milih ya? Hmm…Snow White aja deh kalo gitu. Nggak tahan ngeliat Bella soalnya :p

 

2. (di kendaraan umum) baca buku atau melamun?

Melamun aja deh, suka pusiiing baca buku di kendaraan…

 

3. (baca buku) di tempat tidur atau di kursi?

Tempat tidur dooonk…sambil ngemil lebih pol :)

 

4. (di negeri orang) beli buku murah atau buku langka?

Hmm…sebisa mungkin nyari yang nggak ada atau susah didapet disini. tapi kalo dapet buku murah juga nggak nolak dong.

 

5. Eragon atau The Lord of the Rings?

The Lord of the Rings! Keren sekeren-kerennya :)

 

Fiuh..beres juga… kayaknya sih ini bakal jadi yang terakhir deh #ngarep. Hihihi!

 



The Great Gatsby

0
0

great gatsby almaTitle: The Great Gatsby

Author: F.Scott Fitzgerald

Publisher: Alma Classic LTD (2011)

Pages: 210p

Gift from: Fanda

Nowadays, The Great Gatsby becomes a trending topic in Twitter and headlines in internet or movie magazines, because the movie adaptation is coming out in mid May. Suddenly reading this classic is a hit, and the twenties never seems so glamorous and interesting. And when some of BBI-ers decided to have a read along, I immediately join the club. And wow, that becomes an unforgettable journey!

The story:

Nick Carraway was a young bachelor from Midwest who tried to push his way into financial kingdom in New York City. He came during the summer in 1922 and decided to rent a small house in West Egg, Long Island, next to a huge mansion belonged to Jay Gatsby, a young billionaire who had a mysterious background.

Nick met some of his old friends and acquaintances who lived in East Egg, the other side of the island. This was a place where rich people lived, and old money spoke aloud here. There was Tom and Daisy Buchanan, who were very rich and didn’t really live their lives in good moral values. Tom had a mistress and always thought about white supremacy. Daisy didn’t really care about her daughter and didn’t feel responsible as a mother, she thought that “girls will always be fools”. Nick also met Jordan, a female golfer whom he liked a lot but could not really be sure about. Jordan always had different values from Nick, mostly like everybody else in his new surroundings.

One day, Nick was invited into one of Gatsby’s glamorous parties. In the middle of crazy, drunk people, Nick finally met his neighbor, and had a glimpse of his mysterious past, including his everlasting obsession of Daisy Buchanan. And before he realized it, Nick had been trapped in the middle of Gatsby’s strong hope and obsession, love affairs and betrayals, and the searching of the past – and the hard reality that the past can never be repeated.

Some thoughts:

This is the first Fitzgerald’s book I’ve ever read. And my first impression was: you need patience to enjoy his books. His language was a bit long and flowery, with lots of metaphors that sometimes were hard to be understood. This is the kind of book that you can’t grasp its meaning just by reading it fast, you need to repeat the sentences and go back and forth.

One of the most famous metaphors in this book is the green light in Buchanan’s house. Gatsby looked at the light at night, tried to reach it- just like he wanted to reach his dream, his obsession- it’s so close but very far at the same time. And when finally he could meet Daisy, be with her.. It’s different than what he thought it’s gonna be. Reality is not as sweet as hope and dreams.

Some people just take things too seriously! Source

Some people just take things too seriously! Source

You can’t repeat the past.

Can’t repeat the past? Why of course you can!

Fitzgerald also loved to use ironies. In the Great Depression era, economics and moral state of Americans are together in the downfall. It was full of people partying, filthy rich people throwing out their money. Ironic. And you have to see the people coming to Gatsby’s parties!

partying like animals! Source

partying like animals! Source

Another scene: when Daisy, Gatsby and Tom were arguing about the love triangle commotion in a hotel room, there was a wedding ceremony right there in another room. How strange love is, how little sometimes a marriage meaning could be.. And what is love anyway? An obsession, passion, faithfulness or just a dream?

What I love the most about this book- besides its emotionally intense dialogues- is the narrator, Nick Carraway. His honesty and strict values are the best things happened in this book- and how lucky we are to see the story from his point of view!

How Great is Gatsby?

As a closing paragraph, I want to answer to a challenge from Fanda: do I think Gatsby is really great? Well, first of all, The Great Gatsby was not the original title of this book. Fitzgerald suggestions included Trimalchio and Trimalchio in West Egg, which were declined by the publisher. Other ideas were Gold-Hatted Gatsby, On the Road to West Egg, and The High-Bouncing Lover. Finally publisher decided to use The Great Gatsby, although Fitzgerald preferred Under the Red, White and Blue.

So I’m not so sure that Fitzgerald himself actually agreed that Gatsby was that great :) But to answer the question: I don’t find Gatsby that Great, either. I mean, sure, he showed us that hopes and dreams keep man alive, he could even be successful thanks to his longtime obsession. But for me, accepting reality is also important, moving on from the past is even more profound. So it’s still debatable for me what’s so great about Gatsby..But sure, this opinion can change really quickly after I see the Great DiCaprio in the movie! :)

How Great is Leo? :)

How Great is Leo? :)

There are two tragedies in life. One is to lose your heart’s desire. The other is to gain it. – George Bernard Shaw

 

 


One Flew Over The Cuckoo’s Nest

0
0

cuckoo nestJudul: One Flew Over The Cuckoo’s Nest

Penulis: Ken Kesey

Penerbit: Penguin Classics (2005)

Halaman: 281p

Pinjam dari: Melisa (thanks!)

One flew east, one flew west, one flew over the cuckoo’s nest

Kisah kelam ini bersetting di sebuah rumah sakit jiwa di Oregon, Amerika Serikat. Di sebuah bangsal yang dipimpin oleh Kepala Perawat Ratched, berkumpul pasien yang mengalami gangguan psikologis. Meski sebagian besar dari mereka terlihat normal dari luar, namun masing-masing memiliki kelainan mental yang semakin diperparah oleh gaya tiran Ratched yang memimpin seperti seorang diktator. Penuh manipulasi dan aturan kaku yang menekan para pasiennya sehingga mereka semakin tidak percaya diri, Ratched menguasai rumah sakit tanpa ada perlawanan yang berarti, dibantu oleh para staffnya yang tak kalah kejam dan penuh kebencian.

Hingga suatu hari, datanglah McMurphy, seorang kriminal berbadan besar dan berambut merah yang ditransfer ke rumah sakit untuk ditelaah secara psikologis akibat kecenderungan nafsu seksual dan berjudi yang tak wajar. Namun McMurphy lah yang bisa menantang Ratched dan sistem diktatornya yang mengerikan. McMurphy melihat melampaui rekan-rekannya, bahwa sekuat apapun sistem yang menekan mereka, selama ada kemauan untuk melawan, maka mereka masih bisa menang.

Usaha-usaha McMurphy ini diceritakan melalui sudut pandang sang narator, Chief Bromden, pasien keturunan Indian yang sudah sangat lama berada di bawah rezim Ratched, dan sudah menyerah sejak dulu, sehingga semua orang menganggapnya bisu dan tuli, meski sebenarnya pengamatannya sangat tajam.

Apakah McMurphy akhirnya berhasil memecahkan dinding kediktatoran Ratched?

Karakter Jack Nicholson sebagai McMurphy menggondol banyak penghargaan

Karakter Jack Nicholson sebagai McMurphy menggondol banyak penghargaan

Buku ini adalah jenis buku yang harus ditelaah perlahan-lahan, memiliki begitu banyak simbol dan pesan tersembunyi, sehingga berkonsultasi pada Sparknotes bukanlah ide yang buruk :D Lewat novel pertamanya ini, Ken Kesey ingin menunjukkan protesnya terhadap sistem yang mengekang di era 60-an, di mana setiap orang dipaksa oleh negara dan masyarakat untuk mengikuti norma-norma yang berlaku, dan semua yang melenceng akan dianggap tidak normal.

Kesey juga melakukan telaah psikologis yang sangat mendalam di buku ini, lewat tokoh-tokohnya yang digambarkan memiliki masalah berbeda-beda, seperti Billy Bibbit yang mengalami keterlambatan menjadi dewasa dan selalu gagap, akibat dikekang oleh ibunya yang overprotektif. Atau Chief Bromden sendiri, yang masa lalunya sebagai anak kepala suku Indian dilukai oleh sikap pemerintah yang kejam pada suku dan keluarganya, membuatnya semakin merasa kecil dan kecil.

salah satu pemenang design cover penguin, keren banget! Source

salah satu pemenang design cover penguin, keren banget! Source

Tak heran Kesey berhasil menggambarkan karakternya dengan begitu detail, mengingat ia menulis buku ini setelah menjadi sukarelawan dalam eksperimen pengobatan di rumah sakit jiwa yang dibiayai oleh pemerintah. Dan gambaran rumah sakit jiwa yang kaku, pasien yang menurut seperti anak ayam (atau kelinci, menurut istilah salah satu tokoh di buku ini), serta pengobatan radikal seperti terapi listrik dan operasi otak, menjadi wakil sempurna dari ketakutan masyarakat terhadap sistem pemerintahan yang mengekang. Tak heran buku ini menjadi modern klasik yang tak lekang oleh jaman.

Meskipun saat membaca endingnya – hiks.

Ken Kesey adalah penulis Amerika yang lahir di Colorado, 17 September 1935. Novel pertamanya menjadi novel paling terkenal yang pernah ia tulis, dan sudah diadaptasi ke layar lebar (dengan Jack Nicholson sebagai McMurphy) dan memenangkan berbagai penghargaan, termasuk 5 piala Oscar untuk kategori utama. Kesey meninggal tahun 2001 di usia 66 tahun.

Postingan ini ditulis dalam rangka Posting Bersama Blogger Buku Indonesia (BBI) bulan Mei dengan tema klasik kontemporer.

What makes a modern classic?

Memilih buku yang akan dibaca bulan ini termasuk tricky. Banyak sumber yang berbeda tentang kategori modern classic/ klasik kontemporer ini. Sebagian besar mengatakan kalau klasik kontemporer adalah genre buku yang ditulis di jaman modern (Setelah perang dunia I atau II) dan membentuk trend literatur berbeda pada jamannya, yang pada akhirnya mengubah trend di masa depan. Banyak yang mengeluh ini berarti Twilight bisa masuk kategori tersebut, tapi masa iya Twilight disandingkan dengan 1984 atau To Kill A Mockingbird? Hehehe..Pro dan kontra sih, satu post tersendiri juga kayaknya nggak akan cukup membahas ini. Tapi itulah indahnya dunia membaca, nggak ada yang 100% salah dan benar, karena balik lagi, kita sebagai pembaca lah yang berhak menentukan genre ini dan genre itu :) Yang mau lihat penjelasan cukup detail, bisa baca di blog Ndari. Dan yang mau melihat buku-buku seru apa saja yang menjadi pilihan anak-anak BBI bulan ini, silakan berkunjung ke blog Mia.


Limbo, and Other Places I Have Lived

0
0

limboJudul: Limbo, and Other Places I Have Lived

Penulis: Lily Tuck

Penerbit: Perennial (2003)

Halaman: 170p

Swapped with Ndari

 

 

 

Limbo (n): an intermediate, transitional, or midway state or place

(thefreedictionary.com)

Untuk yang menyukai cerita-cerita dengan setting eksotis, dan ending yang menggantung, maka kumpulan cerita pendek ini sangat sesuai. Lily Tuck menyajikan 14 buah cerita pendek dengan benang merah yang jelas: kisahnya berkisar tentang perjalanan, baik fisik maupun spiritual, dari tokoh-tokoh perempuan di dalamnya.

Selain mengalami culture shock atau kekaguman melihat tempat-tempat baru yang berbeda di berbagai belahan dunia, rata-rata para perempuan di kisah-kisah ini juga sedang berada di tengah-tengah pencarian jati diri, atau di persimpangan jalan dan berusaha mengambil sebuah keputusan penting dalam hidupnya. Baru bercerai, putus cinta, bertemu kembali teman atau pasangan setelah sekian lama berpisah, atau memulai sebuah hubungan yang baru. Yaaa…model-modelnya Eat, Pray, Love yang dikompres menjadi cerita pendek.

Favoritku adalah kisah berjudul Fortitude, tentang seorang perempuan yang mengalami culture shock ketika mengunjungi suaminya yang bekerja di Thailand setelah berbulan-bulan tak bertemu. Bukan hanya lingkungan sekitarnya yang membuatnya shock, tapi suaminya yang ikut berubah seolah menjadi sosok tak dikenal.

Favorit lainnya adalah Limbo, tentang seorang anak perempuan yang harus mengikuti ibunya ke Peru, mengungsi dari rumah mereka saat Perang Dunia berlangsung, dan menjadi bingung manakah rumah sesungguhnya di dunia.

Sebagian besar kisah memiliki ending yang sangat-sangat menggantung. Aku suka kisah yang mengharuskanku untuk interpretasi sendiri arti endingnya, tapi kalau harus melakukannya untuk 14 kisah, plus kadang tidak jelas si penulis mau mengarahkan ceritanya kemana, rasanya capek juga. Seperti membaca cerita yang sengaja tidak diselesaikan oleh penulisnya, dan berusaha menebak-nebak apa maksudnya.

Meski demikian, aku sangat suka setting di semua cerita, yang digambarkan dengan baik dan detail, mulai dari Thailand yang panas dan berisik, pegunungan Swiss yang sunyi, hingga pedesaan Prancis di musim panas. Benar-benar terlihat kalau penulis memang pernah menginjakkan kaki disana, dan sepertinya beberapa kisah memang terinspirasi dari pengalamannya pribadi, yang pernah menetap cukup lama di Thailand dan Peru.

Postingan ini dibuat dalam rangka posting bersama Blogger Buku Indonesia, dengan tema kumpulan cerpen. Untuk melihat pilihan anak-anak BBI lainnya, silakan klik di sini.

 


Harry Potter and The Order of The Phoenix

0
0

harpot 5Judul: Harry Potter and The Order of The Phoenix

Penulis: JK Rowling

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2004)

Halaman: 1200p

Age appropriate: 8 yo and up

Buku kelima serial Harry Potter ini adalah buku yang paling suram, paling padat, dan paling tidak kusukai dari ketujuh buku di seri ini. Meski begitu, buku ini menguak detail dan misteri yang menjelaskan banyak hal (sekaligus membuka kemungkinan-kemungkinan baru yang bikin penasaran), juga memiliki tensi pertempuran yang tinggi di bagian akhir buku, yang berakhir pada kematian tragis pertama sepanjang serial Harry Potter.

Kemunculan Voldemort secara penuh menimbulkan terror tersendiri, didukung oleh para Pelahap Mautnya yang satu per satu diperkenalkan pada pembaca. Tujuan Voldemort kali ini adalah mendengar Ramalan tentang dirinya dan Harry Potter, dan ia memancing Harry untuk mengambilkan Ramalan tersebut dengan cara-cara tak terduga. Untunglah perlawanan berarti datang dari Orde Phoenix, yang bermarkas di rumah tua Sirius di London.

Sementara itu, unsur politik sangat kental di buku ini, diwakili oleh Fudge si Menteri Sihir yang menolak percaya akan kembalinya Voldemort, memilih untuk tutup mata dan malah menyudutkan Dumbledore dan Harry, bahkan menempatkan wakil kementerian di Hogwarts yang sok berkuasa dan berusaha menguasai sekolah lewat gaya diktatornya yang kejam.

Sebenarnya buku ini berpotensi menjadi buku yang seru, tapi gayanya yang terlalu suram dan gelap membuat pembaca cukup depresi. Kalau di Star Wars, buku ini mungkin seperti episode Empire Strikes Back yang penuh nuansa gelap, saat kekuatan jahat berkuasa sebelum si baik menyerang balik. Rowling memang menampilkan sisi gelap  hampir semua karakternya, sehingga mau tidak mau kita merasa sebal pada mereka, merasa ikut frustrasi, dan merasa kalau buku ini memang terlalu panjang dan kelam.
Beberapa catatan menyebalkan dalam buku ini:
-Harry, sangat pemarah, sangat mudah naik darah, ceroboh dan super egois di dalam buku ini. Pengaruh Voldemort yang bisa menguasai pikirannya juga sangat terasa.
-Dumbledore: kenapa oh kenapa Dumbledore tidak mau berterus terang saja pada Harry tentang apa yang sebenarnya ia alami, dan malah memberikan petunjuk samar serta larangan tak jelas yang tentunya memancing Harry mengambil tindakan nekat? (Meski alasan sikap Dumbledore dijelaskan di akhir kisah, tetap saja butuh kesabaran luar biasa untuk mengikuti sikap diamnya di sepanjang buku).
-Mrs. Weasley: yep! Dalam buku ini Mrs. Weasley digambarkan sangat protektif, galak dan kadang sok penting (karena ia keukeuh tidak mau memberi tahu anak-anak tentang apa yang sebenarnya dilakukan Orde Phoenix), insting Ibu yang cukup berlebihan, dan konfliknya dengan Sirius yang ingin selalu membela Harry terasa sangat melelahkan untuk diikuti.
-Snape: yang mendapat kepercayaan Dumbledore untuk memberikan pelajaran Occlumency pada Harry- dan bersikap sangat ganas dan menyebalkan. Namun satu adegan yang merujuk ke masa lalu mengungkapkan kalau James Potter dan Sirius Black juga sangat-sangat menyebalkan saat mereka di Hogwarts, dan untuk pertama kalinya kita terpaksa bersimpati pada Snape.
-Dolores Umbridge: mewakili setiap hal yang menyebalkan dari seorang birokrat- kekuasaan, tirani, dan kemunafikan, Umbridge berhasil dinobatkan menjadi tokoh paling menyebalkan oleh sebagian besar pembaca. Cara sadisnya menghukum saat detensi hanya sebagian kecil dari kekejamannya.
-Belatrix Lestrange: pengikut paling fanatik dan setia Lord Voldemort. No need to explain more, dia gila, itu saja.

Untunglah ada sekelebat hal menyenangkan juga yang terjadi di buku ini:

-Banyaknya scene baru sehingga memberi nuansa lain pada serial ini: Kementerian Sihir dengan Departemen Misteri yang digambarkan dengan sangat cool, aku berharap ada satu buku tersendiri tentang tempat ini! Lalu Grimauld Place No.12 yang suram, rumah keluarga Sirius yang menjadi markas besar Orde, namun menyimpan banyak rahasia gelap di dalamnya. Juga rumah sakit St. Mungo yang digambarkan dengan cukup menarik.

-Memorable scenes: Terbangnya Fred & George meninggalkan pentas Hogwarts, dan pertempuran Voldemort vs Dumbledore. Belum pernah Dumbledore digambarkan se badass ini!!!!!

woohoo! source.

woohoo! source.

abis brantem santai dulu :p source

abis brantem santai dulu :p source

TRIVIA:

- Sebanyak 7500 kopi buku Harry Potter dicuri tiga hari sebelum peluncuran resmi novel tersebut. JK Rowling memohon pada pencurinya supaya “tidak merusak kesenangan para fans dan pembaca” :)

-Buku ini adalah buku pertama dari serial Harry Potter yang dirilis saat filmnya sudah mulai diproduksi

-Meski merupakan buku paling panjang di serial ini, ternyata adaptasi filmnya malah yang terpendek.

Submitted for:

hotter-potter-logo-1

name challenge 2013

Come join the event!

Come join the event!


The Hunchback of Notre Dame

0
0

notre dameJudul: The Hunchback of Notre Dame

Penulis: Victor Hugo

Penerbit: Serambi (2010)

Halaman: 570p

Beli di: Pesta Buku Jakarta 2012 (IDR 25k, bargain price!)

Kisah dimulai di Paris tahun 1482, berputar di sekitar sosok gadis gipsi cantik yang misterius, La Esmeralda. Esmeralda dicintai oleh banyak orang, terutama laki-laki, dengan cara yang berbeda-beda. Pierre Gringoire- pujangga kota Paris yang gagal- mencintainya karena merasa berutang budi telah diselamatkan oleh si gadis gipsi. Phoebus-perwira gagah yang dikagumi Esmeralda- pura-pura mencintainya demi memperoleh kenikmatan yang sudah ia cita-citakan. Frollo- wakil uskup yang dibutakan oleh nafsunya, mencintai Esmeralda dengan posesif dan dipenuhi oleh rencana gila. Sementara Quasimodo, pemukul lonceng di gereja Notre Dame yang buruk rupa dan selalu menjadi bahan celaan masyarakat, mengasihi dan mencintai Esmeralda dengan tulus dari jauh, karena ia tahu cintanya tak akan terbalaskan.

Di tengah suasana Paris yang masih penuh kekacauan, sebuah konspirasi terjadi sehingga Esmeralda dituduh melakukan pembunuhan dan terancam hukuman mati. Apakah peran dari masing-masing pria yang mengaku mencintainya itu? Adakah yang bisa menyelamatkannya, atau mereka malah akan menjerumuskannya?

Ini adalah pertama kalinya aku membaca karya Victor Hugo, sebagai bagian dari Posting Bareng BBI bertema Sastra Eropa. Edisi terjemahan Serambi ini cukup enak untuk diikuti, meski ada beberapa ganjalan di sana-sini. Ganjalan terbesar tentu datang dari judulnya: kenapa juga Hunchback of Notre Dame diterjemahkan menjadi Si Cantik dari Notre Dame? Jelas-jelas judulnya mengacu pada Quasimodo, si Bungkuk dari Notre Dame yang menjadi anomali dalam kisah ini- keburukan fisik dan kebaikan hatinya yang luar biasa, sangat berbeda dengan karakter lain dalam buku yang penuh dengan muslihat serta kedengkian.

Lalu satu lagi, kenapa covernya sangat mengecilkan hati ya? Padahal setting Notre Dame bisa dijadikan cover yang gothic, atau anggun, atau misterius, sesuai tone dari buku ini. Tapi, Serambi malah mengubah covernya menjadi berbau-bau horror nggak jelas :p Sayang banget. Beberapa org yg kukenal malah mengaku malas membeli buku ini karena covernya yang tidak berselera.

Mengenai gaya bertutur Hugo, aku cukup suka mengikutinya. Tidak terlalu bertele-tele seperti Dickens misalnya, tapi justru banyak disisipi humor gelap yang kadang membuatku tersenyum-senyum sendiri (misalnya tentang Gringoire yang terobsesi dengan kambing Esmeralda). Setting Paris terutama Notre Dame juga digambarkan dengan cukup detail dan memenuhi imajinasiku dengan unsur gothicnya yang kental. Namun tokoh Esmeralda menurutku masih terlalu klise- gadis cantik yang disukai semua orang dan malah memilih pria yang salah. Meh.

Satu lagi yang perlu diperhatikan: bagi siapapun yang sudah menonton Hunchback versi Disney, bersiaplah untuk menghadapi cerita yang sama sekali berbeda, karena Disney-seperti biasa- telah memorak-porandakan kisah klasik ini menjadi dongeng happily ever after. Jangan kaget kalau endingnya tidak seindah yang ditawarkan oleh Disney!

the happy fairy tale

the happy fairy tale

Tentang Victor Hugo

Victor Hugo adalah penyair dan penulis yang lahir di Perancis tanggal 26 Februari 1802. Hunchback of Notre Dame adalah novel panjangnya yang pertama. Setelah Hunchback, novel Hugo yang paling terkenal sepanjang masa adalah Les Miserables. Tulisannya merupakan kritik terhadap Perancis – konservasi Notre Dame di Hunchback, dan ketidakadilan sosial di Les Miserables. Selain menulis, Hugo juga merupakan seorang pelukis dan memproduksi sekitar 4000 lukisan sebelum meninggal dunia tahun 1885.

Tentang Notre Dame

Notre Dame de Paris (atau Our Lady of Paris) merupakan salah satu katedral paling terkenal di dunia. Arsitekturnya bergaya gothic Peranics, dan dilengkapi dengan patung gargoyle serta kaca jendela buram yang khas. Sekitar tahun 1790, bangunan ini mengalami kerusakan di tengah Revolusi Perancis, di mana banyak bangunan religius dihancurkan dan dirusak. Terdapat 5 buah lonceng besar di Menara Notre- Dame (yang di novel Hugo dibunyikan oleh Quasimodo), yang paling besar dinamakan Emmanuel, dengan berat sekitar 13 ton! Tidak heran Quasimodo dikisahkan menjadi tuli akibat membunyikan lonceng ini selama bertahun-tahun.

Yang ini, BUKAN si cantik dari Notre Dame :p (Paris, 2006)

Yang ini, BUKAN si cantik dari Notre Dame :p (Paris, 2006)


Viewing all 104 articles
Browse latest View live




Latest Images